Jumat, 25 Maret 2011

PITYRIASIS ROSEA

PITYRIASIS ROSEA
 Fransiska Erwin IA, S.Ked

Pityriasis rosea merupakan erupsi exanthema akut yang self limited, biasanya dalam 6-8 minggu.

Etiologi
Belum diketahui. Ada hipotesis bahwa penyebabny adalah virus karena sifatnya yang swasirna (self limitting disease).

Epidemiologi
Penyakit ini dapat menyerang semua umur, terutama pada 10-43 tahun. Insiden PR pada pria dan wanita sama.

Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pityriasis rosea lebih sering terjadi pada musim hujan atau saat suhu udara dingin.

Manifestasi klinis
·           Pityriasis rosea dimulai dengan lesi inisial yang disebut Herald patch, umumnya terdapat di badan, berupa patch eritem soliter berbentuk oval dan anular, berdiameter 2-5 cm, dengan skuama halus di tepi (kolaret perifer). Herald patch kadang tidak sepenuhnya eritem, tetapi tampak hipopigmentasi pada bagian tengahnya.
·           Lesi berikutnya muncul 1-2 minggu setelah Herald patch, dengan ukuran yang lebih kecil, berbentuk oval, dan mengikuti lipatan kulit.
·           Predileksi : badan, lengan atas bagian proksimal, dan paha atas.
·           Dapat didahului oleh gejala prodromal ringan seperti badan lemas, sakit kepala, dan sakit tenggorokan.
·           Pada anak-anak, PR dapat muncul sebagai urtikaria, vesikel, dan papula.
·           Pada PR, terdapat tiga gambaran spesifik yang perlu dicatat, yaitu:
1.       Pada badan, lesi-lesi cenderung terdapat dengan sumbu-sumbu panjangny tersusun dalam garis-garis mulai dari punggung ke depan (hampir seolah-olah mengikuti perjalanan saraf spinal). Gambaran ini disebut Christmas tree.
2.       Adanya skuama pada permukaan setiap lesi menunjukkan adanya kecenderungan untuk mengelupas dari bagian dalam keluar ke arah tepi, menghasilkan gambaran yang disebut “kolaret perifer”.
3.       Bila tidak satupun dari gambaran di atas dapat menghasilkan suatu diagnosis, maka diagnosis akan menjadi jelas bila bercak-bercak yang ada menghilang dalam waktu 6-8 minggu.

Gambaran histopatologi
Tidak spsesifik. Pada epidermis ditemukan spongiosis dan vesikel di atas lapisan malpighi dan subkornea, terdapat juga parakeratosis.

Diagnosis banding
1.    Pityriasis rosea
2.    Dermatitis seboroik: biasanya gatal, berupa lesi eritem difus yang ditutupi oleh skuama halus/kasar.
3.    Tinea korporis: biasanya lesi berupa plak eritem bulat, polisiklis, dengan tepi aktif.
4.    Sifilis stadium II: biasanya berupa patch eritem yang ditutupi oleh skuama berwarna coklat tembaga.

Pemeriksaan penunjang
·           Kerokan kulit dengan KOH 10-20%
·           Pemeriksaan serologis

Terapi
·           Topikal : bedak kocok atau liniment yang mengandung asam salisilat 2% yang dibubuhi menthol 0,5-1% (untuk lesi yang luas), atau kortikosteroid potensi ringan atau sedang (untuk lesi yang tidak luas).
·           Sistemik : antihistamin oral.
·           Apabila keadaannya sangat berat, dapat diberikan kortikosteroid 40mg, kemudian ditapering selama 3-4 minggu.
·           Resolusi dapat dipercepat dengan mandi matahari.

Edukasi
·           Berjemur pagi hari selama 10-15 menit antara pukul 07.00-09.00.







Sumber:
Harahap, Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta:Hipokrates.
Etnawati, K,  et al. 1990. Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin. Yogyakarta:UGM.
Siregar, R.S. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Jakarta:EGC.


download artikel ini DI SINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar