Sabtu, 26 Maret 2011

Gangguan Kognitif Pada Pasien Post-Stroke

COGNITIVE IMPAIRMENT (GANGGUAN KOGNITIF) PADA PASIEN POST-STROKE
Rinaldi Putra, S.Ked

                Fungsi kognitif, seperti memori, bicara dan bahasa,  proses berpikir, organisasi, reasoning, ataupun pengambilan keputusan dapat mengalami penurunan pada pasien-pasien stroke ataupun post stroke. Penurunan fungsi kognitif pada pasien post stroke dapat muncul dalam bentuk yang ringan seperti mild cognitive impairment sampai dengan kepada yang berat seperti demensia. Tipe dan keparahan gangguan kognitif yang muncul bermacam-macam tergantung dengan lokasi otak yang terkena dan seberapa parah jaringan otak yang rusak (Blake et al, 2002).
                Akumulasi infark-infark lakunar, lesi-lesi iskemik dan hipoperfusi serebral merupakan penyebab utama gangguan kognitif/demensia post stroke.  Tipe stroke yang terjadi umumnya melibatkan koneksi-koneksi antara area-area pada korteks yang mengasosiasikan berbagai macam informasi, sehingga disrupsi pada bagian itu akan menyebabkan gangguan kognisi.
                Secara kuantitatif, volume stroke/lesi stroke sebesar 10 ml sampai dengan 50 ml (1% - 4% volume otak) sudah cukup untuk menimbulkan gangguan kognitif atau demensia. Gangguan kognitif atau demensia juga dapat terjadi pada volume lesi yang lebih kecil jika terjadi pada area hipotalamus, talamus, batang otak atau hipokampus.
                Tipe-tipe gangguan kognitif yang sering muncul pada pasien post stroke adalah gangguan atensi, gangguan bahasa, sulit untuk mengingat kembali informasi di masa lalu, kesulitan untuk menganalisa atau menginterpretasi informasi baru, kesulitan dalam mengorganisasikan dan merencanakan sesuatu sebagai respon terhadap informasi yang didapat.
                Risiko terjadinya gangguan kognitif pada pasien post stroke akan semakin meningkat bila pasien tersebut juga memiliki dibarengi risiko seperti hipertensi, hiperlipidemia, aterosklerosis, homosisteinemia, diabetes mellitus, sakit jantung, hipotensi, inaktivitas fisik, obesitas, koagulopati, riwayat merokok, konsumsi alkohol, pernah mengalami stroke sebelumnya dan stroke pertama kali saat usia lebih dari 50 tahun.
                Screening untuk gangguan kognitif pada pasien post stroke sangat penting, karena semakin awal gangguan kognisi terdeteksi maka lebih awal pula kita dapat memberikan manajemen untuk mengurangi progresivitas gangguan kognitif ataupun demensia.
                Ada beberapa metode screening yang dapat digunakan untuk deteksi awal gangguan kognitif seperti mini mental state examination (MMSE), Raven’s Coloured Progressive Matrices (RCPM) dan Sheffield Screening Test for Acquired Language Disorders (SST). Tes-tes tersebut dapat dilakukan dalam waktu singkat, mudah dilakukan sehingga cocok untuk evaluasi gangguan kognitif pada pasien post stroke.
                MMSE misalnya, dalam menilai fungsi kognitif tes ini terbagi dalam 2 aspek utama. Yang pertama adalah aspek yang meliputi orientasi, memori dan atensi.  Sedangkan yang kedua adalah aspek yang meliputi kemampuan untuk mengikuti perintah verbal dan tertulis, nama, menulis sebuah kalimat dengan spontan dan meniru bentuk gambar poligon. Sebagai sarana pemeriksaan gangguan kognitif tes ini menunjukkan diskriminasi yang baik antara yang terganggu dan yang normal, dan telah terbukti validitas dan reliabilitasnya (Blake et al., 2002)
                Tes SST dikembangkan sebagai alat bantu klinis bagi non spesialis untuk mendeteksi adanya disfasia dan memberikan rujukan segera ke terapis bahasa dan bicara. Tes ini menilai kemampuan reseptif dan expresif bahasa seorang pasien.
                Tes RCPM merupakan penilaian non verbal terhadap intelegensi pasien berdasarkan kemampuan persepsi visual dan reasoning analogis (Blake et al., 2002)
                Selain tes-tes screening yang disebutkan di atas, dapat juga dilakukan tes neuropsikologi. Tes neuropsikologi merupakan pemeriksaan kognitif mendetail yang meliputi penilaian appearance, mood, anxietas, delusi/halusinasi, daya ingat kata ataupun visual, atensi, orientasi, bahasa, kemampuan untuk mengikuti instruksi, berpikir abstrak,reasoning dan pemecahan masalah. Manfaat tes neurologis ini sangat luas yaitu memberikan informasi prognostik, memberikan dasar untuk perencanaan remediasi kognitif dan rekomendasi untuk tim yang menangani ataupun dasar untuk pemberian edukasi pada pihak keluarga. Namun tes ini memiliki kekurangan, karena memerlukan biaya yang cukup tinggi dan proses yang lama, sehingga menyebabkan tes seperti MMSE jauh lebih aplikatif untuk menilai gangguan kognitif (Blake et al., 2002)
                Manajemen gangguan kognitif pada pasien post stroke bertujuan untuk mengurangi progresivitas gangguan kognitif. Manajemen meliputi pemberian terapi medikamentosa dan non medikamentosa. Pemberian terapi medikamentosa ditujukan untuk mengelola faktor-faktor risiko yang dimiliki pasien post stroke. Contoh obat-obat yang diberikan adalah antihipertensif, antiplatelet, antidepresan dan obat untuk menurunkan kolesterol. Sementara itu, terapi non medikamentosa adalah pemberian edukasi pada pasien dan keluarga pasien meliputi modifikasi gaya hidup dan tingkah laku (behavior changing interventions).



Referensi:
  • www.emedicine.com
  • www.mayoclinic.com
  • www.mccare.com
  • www.who.int
  • www.pgm.com
  • www.stroke.org
  • World Health Organization. The WHO STEPwise approach to stroke surveillance. 2005Chemerinski E., Robinson R. G. The Neuropsychiatry of Stroke. Psychosomatics 2000; 41:5-14.
  • National Stroke Association. Recovery After Stroke : Sleep Disorders. 2009.
  • Saxena S. K. 2006. Prevalence and Correlates of Cognitive Impairment in Stroke Patients in a Rehabilitation Settings. International Journal of Psychosocial Rehabilitation. 10(2) 37-47.
  • Blake et al. 2002. An evaluation of screening measures for cognitive impairment after stroke. Age and Ageing: 31:451-456.
  • Knopman et al. 2009. Association of Prior Stroke with Cognitive Function and Cognitive Impairment: A Population Based Study. Arch Neurol/vol 66 no 5.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar