Rabu, 06 April 2011

GLAUKOMA

By: Aloysius Kristyawan
Galukoma adalah suatu penyakit mata dimana terjadi neuropati optik(kerusakan saraf penglihatan) yang ditandai dengan berkurangnya lapang pandang dan dapat ditemui tanda patologis pada papil diskus optikus. Fase akhir dari penyakit ini adalah kebutaan. Penyakit ini kebanyakan berhubungan dengan peningkatan tekanan intraokuler(TIO) sehingga banyak yang menyalahartikannya sebagai peningkatan TIO itu sendiri. Sebenarnya terdapat 3 faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian glaukoma:
·         Tekanan intraokular
·         Disregulasi vaskular
·         Tekanan darah sistemik

Diseluruh dunia terdapat 70 juta penderita glaukoma dan 7 juta diantaranya mengalami kebutaan. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbanyak di negara-negara berkembang, di Indonesia setelah katarak. Deteksi awal glaukoma merupakan prioritas dalam sistem kesehatan.

Proses terjadinya glaukoma masih belum diketahui dengan jelas. Kerusakan yang terjadi pada saraf mata bisa terjadi secara mekanik dan/atau vaskular. Pada beberapa kasus peningkatan TIO merusak nervus optikus secara mekanik mendesak nervus optikus sehingga cekung dan tampak lamina cribosa. Pada kasus lain penurunan aliran darah menuju mata menjadi penyebab kerusakan nervus optikus. Hal ini terjadi pada penurunan tiba-tiba tekanan darah misalnya pada kehilangan darah atau syok. Anemia juga menyebabkan iskemia pada nervus optikus. Vasospasme lokal menurunkan perfusi dan menyebabkan iskemia pada pasien glaukoma dengan TIO rendah.

Sejak dulu glaukoma dibedakan berdasarkan pemeriksaan gonioskopi menjadi glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Lebih jauh lagi terdapat klasifikasi primer dan sekunder. Disebut primer jika tidak diketahui penyebab peningkatan TIO. Glaukoma sekunder terjadi jika patogenesis glaukoma disebabkan hal lain, misalnya pseudoeksfoliatif, uveitis, glaukoma pigmen.


Lang, Ophthalmology, 2nd edition. 2006.

Pemeriksaan pada glaukoma
Iluminasi obliq pada kamera okuli anterior(KOA).
Kamera okuli anterior disinari dari arah samping ke iris. Pada mata dengan kedalaman kamera okuli anterior yang normal, maka seluruh bagian iris akan terkena cahaya. Hal ini menandakan KOA dengan sudut terbuka. Pada mata dengan KOA dangkal dan sudut yang menyempit atau tertutup, maka akan ada bagian dari iris yang tidak terkena cahaya.

Pemeriksaan dengan slit lamp.
Kedalaman KOA baik daerah sentral maupun perifer harus dievaluasi berdasarkan ketebalan kornea. KOA dengan kedalaman daerah sentral kurang dari 3x ketebalan kornea dan kedalaman perifer kurang dari ketebalan kornea menunjukkan sudut yang sempit. Gonioskopi merupakan pemeriksaan untuk evaluasi lebih lanjut jika ditemukan tanda sudut yang sempit. Gonioskopi merupakan alat untuk evaluasi KOA yang ditempelkan langsung ke kornea dan bisa melihat sudut iris-lensa.

Pemeriksaan TIO
Batas TIO yang normal dengan abnormal tidak begitu jelas. Rata-rata TIO normal adalah 16 mmHg dengan standar deviasi 3 mmHg. Peningkatan TIO merupakan faktor resiko terjadinya glaukoma. 5 % dari orang dengan TIO >21mmHg menderita glaukoma.
Palpasi merupakan pemeriksaan awal. Perbandingan palpasi kedua bola mata dapat mendeteksi peningkatan TIO. Jika pemeriksa dapat melekukkan bola mata pada palpasi yang berfluktuasi, TIO<20mmHg. Jika bola mata tidak kenyal dan sekeras batu, itu merupakan tanda TIO sekitar 60-70mmHg
Tonometri Schiotz. Alat ini mengukkur derajat kedalaman kornea dapat ditekuk pada pasien yang berbaring. Semakin rendah TIO maka semakin dalam pin tonometri menekuk kornea. Pemeriksaan tonometri ini kadang hasilnya tidak sesuai. Misalnya, kekakuan sklera berkurang pada mata miopoa, dimana menyebabkan pin tonometri menekuk lebih dalam. Maka dari itu pemeriksaan ini sering digantikan dengan tonometri aplanasi.

Tonometri aplanasi.
Pemeriksaan ini merupakan metode yang paling sering digunakan untuk mengukur TIO. Pemeriksaan bisa dilakukan dengan pasien duduk(metode Goldmann) atau pasien berbaring(metode Draeger). Pemeriksaan ini menggunakan slit lamp dan tonometer. Setelah pemberian anestesi tetes yang mengandung fluoresensi, ujung tonometer ditempatkan pada kornea. Kornea didatarkan(aplanasi) seluas 7,35 mm. Tekanan eksternal yang dibutuhkan sesuai dengan TIO. Dilihat melalui slit lamp. Tekanan dibaca ketika kedua menisci dalam pada fluoresen bersentuhan.

Oftalmoskopi diskus optikus.
Diskus optikus secara fisiologis memiliki lekukan yang disebut sebagai “optic cup” atau cup disk. Pada peningkatan TIO yang persisten, cup disk ini melebar dan dapat dilihat melalui oftalmoskopi. Pemeriksaan stereoskopi cup disk melalui slit lamp biomikroskop ditambah lensa kontak menyediakan gambaran 3 dimensi. Pemeriksaan dilakukan dengan pupil dilatasi.
Cup disk yang normal bervariasi lebarnya. Normal cup disk selalu bulat, berbeda dngan cup disk pada glaukoma yang tampak memanjang secara vertikal.


Pengobatan pada glaukoma
Obat-obatan yang digunakan pada kasus glaukoma adalah:
·         Miotik
            Menyebabkan kontraksi pada otot longitudinal pada korpus siliaris, yang menempel pada sklera di anterior dan koroid di posterior. Ketika kontraksi ia menarik sklera ke belankang, membuka ruang antara trabecular meshwork dan secara mekanik meningkatkan kapasitas pembuangan aqueous.
·         Agonis adrenergik
            Epinefrin dan dipiverin menurunkan produksi aqueous dengan cepat, tetapi aksi utamanya adalah dengan meningkatkan pembuangan melalui trabecular meshwork.
·         Beta blocker dan inhibitor anhidrase
            Menurunkan produksi aqueous.
·         Analog prostaglandin
            Meningkatkan pembuangan melalui saluran uveosklera. Aqueous diserap ke dalam wajah melalui corpus siliaris atau ke dalam trabecular meshwork dan kemudian mengalir ke posterior mengelilingi serabut otot longitudinal pada corpus siliaris posterior. Aqueous diserap melalui koroid atau melewati sklera.
·         Agen hiperosmotik
            Meningkatkan osmolaritas darah, sehingga menarik cairan dari kamera okuli posterior ke dalam vasa darah di corpus siliaris.

 Video:


Referensi
Lang, Gerhard K. 2006. Ophthalmology, A Pocket Textbook Atlas. New York: Thieme Stuttgart.
Vander, James F., dan Janice A. Gault. 2007. Ophthalmology Secrets 3rd Ed. Philadelphia: Mosby Elsevier Inc.
Youtube Courtesy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar