Galukoma  adalah suatu penyakit mata dimana terjadi neuropati optik(kerusakan  saraf penglihatan) yang ditandai dengan berkurangnya lapang pandang dan  dapat ditemui tanda patologis pada papil diskus optikus. Fase akhir dari  penyakit ini adalah kebutaan. Penyakit ini kebanyakan berhubungan  dengan peningkatan tekanan intraokuler(TIO) sehingga banyak yang  menyalahartikannya sebagai peningkatan TIO itu sendiri. Sebenarnya  terdapat 3 faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian glaukoma:
·         Tekanan intraokular
·         Disregulasi vaskular
·         Tekanan darah sistemik
Diseluruh  dunia terdapat 70 juta penderita glaukoma dan 7 juta diantaranya  mengalami kebutaan. Glaukoma adalah penyebab kebutaan kedua terbanyak di  negara-negara berkembang, di Indonesia setelah katarak. Deteksi awal  glaukoma merupakan prioritas dalam sistem kesehatan.
Proses  terjadinya glaukoma masih belum diketahui dengan jelas. Kerusakan yang  terjadi pada saraf mata bisa terjadi secara mekanik dan/atau vaskular.  Pada beberapa kasus peningkatan TIO merusak nervus optikus secara  mekanik mendesak nervus optikus sehingga cekung dan tampak lamina  cribosa. Pada kasus lain penurunan aliran darah menuju mata menjadi  penyebab kerusakan nervus optikus. Hal ini terjadi pada penurunan  tiba-tiba tekanan darah misalnya pada kehilangan darah atau syok. Anemia  juga menyebabkan iskemia pada nervus optikus. Vasospasme lokal  menurunkan perfusi dan menyebabkan iskemia pada pasien glaukoma dengan  TIO rendah.
Sejak  dulu glaukoma dibedakan berdasarkan pemeriksaan gonioskopi menjadi  glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Lebih jauh lagi  terdapat klasifikasi primer dan sekunder. Disebut primer jika tidak  diketahui penyebab peningkatan TIO. Glaukoma sekunder terjadi jika  patogenesis glaukoma disebabkan hal lain, misalnya pseudoeksfoliatif,  uveitis, glaukoma pigmen.
Lang, Ophthalmology, 2nd edition. 2006.
Pemeriksaan pada glaukoma
Iluminasi obliq pada kamera okuli anterior(KOA).
Kamera  okuli anterior disinari dari arah samping ke iris. Pada mata dengan  kedalaman kamera okuli anterior yang normal, maka seluruh bagian iris  akan terkena cahaya. Hal ini menandakan KOA dengan sudut terbuka. Pada  mata dengan KOA dangkal dan sudut yang menyempit atau tertutup, maka  akan ada bagian dari iris yang tidak terkena cahaya.
Pemeriksaan dengan slit lamp.
Kedalaman  KOA baik daerah sentral maupun perifer harus dievaluasi berdasarkan  ketebalan kornea. KOA dengan kedalaman daerah sentral kurang dari 3x  ketebalan kornea dan kedalaman perifer kurang dari ketebalan kornea  menunjukkan sudut yang sempit. Gonioskopi merupakan pemeriksaan untuk  evaluasi lebih lanjut jika ditemukan tanda sudut yang sempit. Gonioskopi  merupakan alat untuk evaluasi KOA yang ditempelkan langsung ke kornea  dan bisa melihat sudut iris-lensa.
Pemeriksaan TIO
Batas  TIO yang normal dengan abnormal tidak begitu jelas. Rata-rata TIO  normal adalah 16 mmHg dengan standar deviasi 3 mmHg. Peningkatan TIO  merupakan faktor resiko terjadinya glaukoma. 5 % dari orang dengan TIO  >21mmHg menderita glaukoma.
Palpasi  merupakan pemeriksaan awal. Perbandingan palpasi kedua bola mata dapat  mendeteksi peningkatan TIO. Jika pemeriksa dapat melekukkan bola mata  pada palpasi yang berfluktuasi, TIO<20mmHg. Jika bola mata tidak  kenyal dan sekeras batu, itu merupakan tanda TIO sekitar 60-70mmHg
Tonometri  Schiotz. Alat ini mengukkur derajat kedalaman kornea dapat ditekuk pada  pasien yang berbaring. Semakin rendah TIO maka semakin dalam pin  tonometri menekuk kornea. Pemeriksaan tonometri ini kadang hasilnya  tidak sesuai. Misalnya, kekakuan sklera berkurang pada mata miopoa,  dimana menyebabkan pin tonometri menekuk lebih dalam. Maka dari itu  pemeriksaan ini sering digantikan dengan tonometri aplanasi.
Tonometri aplanasi.
Pemeriksaan  ini merupakan metode yang paling sering digunakan untuk mengukur TIO.  Pemeriksaan bisa dilakukan dengan pasien duduk(metode Goldmann) atau  pasien berbaring(metode Draeger). Pemeriksaan ini menggunakan slit lamp  dan tonometer. Setelah pemberian anestesi tetes yang mengandung  fluoresensi, ujung tonometer ditempatkan pada kornea. Kornea  didatarkan(aplanasi) seluas 7,35 mm. Tekanan eksternal yang dibutuhkan  sesuai dengan TIO. Dilihat melalui slit lamp. Tekanan dibaca ketika  kedua menisci dalam pada fluoresen bersentuhan.
Oftalmoskopi diskus optikus.
Diskus  optikus secara fisiologis memiliki lekukan yang disebut sebagai “optic  cup” atau cup disk. Pada peningkatan TIO yang persisten, cup disk ini  melebar dan dapat dilihat melalui oftalmoskopi. Pemeriksaan stereoskopi  cup disk melalui slit lamp biomikroskop ditambah lensa kontak  menyediakan gambaran 3 dimensi. Pemeriksaan dilakukan dengan pupil  dilatasi.
Cup  disk yang normal bervariasi lebarnya. Normal cup disk selalu bulat,  berbeda dngan cup disk pada glaukoma yang tampak memanjang secara  vertikal.
Pengobatan pada glaukoma
Obat-obatan yang digunakan pada kasus glaukoma adalah:
·         Miotik
            Menyebabkan  kontraksi pada otot longitudinal pada korpus siliaris, yang menempel  pada sklera di anterior dan koroid di posterior. Ketika kontraksi ia  menarik sklera ke belankang, membuka ruang antara trabecular meshwork  dan secara mekanik meningkatkan kapasitas pembuangan aqueous.
·         Agonis adrenergik
            Epinefrin  dan dipiverin menurunkan produksi aqueous dengan cepat, tetapi aksi  utamanya adalah dengan meningkatkan pembuangan melalui trabecular  meshwork. 
·         Beta blocker dan inhibitor anhidrase
            Menurunkan produksi aqueous.
·         Analog prostaglandin
            Meningkatkan  pembuangan melalui saluran uveosklera. Aqueous diserap ke dalam wajah  melalui corpus siliaris atau ke dalam trabecular meshwork dan kemudian  mengalir ke posterior mengelilingi serabut otot longitudinal pada corpus  siliaris posterior. Aqueous diserap melalui koroid atau melewati  sklera.
·         Agen hiperosmotik
            Meningkatkan osmolaritas darah, sehingga menarik cairan dari kamera okuli posterior ke dalam vasa darah di corpus siliaris.
 Video:
Referensi
Lang, Gerhard K. 2006. Ophthalmology, A Pocket Textbook Atlas. New York: Thieme Stuttgart.
Vander, James F., dan Janice A. Gault. 2007. Ophthalmology Secrets 3rd Ed. Philadelphia: Mosby Elsevier Inc.
Youtube Courtesy 

Tidak ada komentar:
Posting Komentar